Minggu, 27 Oktober 2013

Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming)


Sistem pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian, sehingga diharapkan menjadi salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan dan konservasi lingkungan, serta pengembangan desa/wilayah secara terpadu. Memberikan peluang yang menggembirakan menuju green and clean agricultural development.

Model pertanian terpadu dalam satu siklus biologi (Integrated Bio Cycle Farming) yang tidak ada limbah (zero waste), semua bermanfaat. Limbah pertanian untuk pakan ternak dan limbah peternakan diolah jadi biogas dan kompos sehingga impian membentuk masyarakat tani yang makmur dan mandiri terkonsep dengan jelas. 

Konsep terapan pertanian terpadu akan menghasilkan F4, yang sebenarnya adalah langkah pengamanan terhadap ketahanan dan ketersediaan pangan dan energi secara regional maupun nasional, terutama pada kawasan-kawasan remote area dari jajaran kepulauan Indonesia.

F1 (Food)

Sumber pangan bagi manusia (beras, jagung, kedelai, kacang-kacangan, jamur, sayuran, dll.), produk peternakan (daging, susu, telur, dll.), produk budidaya ikan air tawar (lele, mujair, nila, gurame, dll.) dan hasil perkebunan (salak, pisang, kayu manis, sirsak, dll.).


F2 (Feed)

Pakan ternak termasuk di dalamnya ternak ruminansia (sapi, kambing, kerbau, kelinci), ternak unggas (ayam, itik, entok, angsa, burung dara, dll.), pakan ikan budidaya air tawar (ikan hias dan ikan konsumsi).

Dari budidaya tanaman padi akan dihasilkan produk utama beras dan produk sampingan bekatul, sekam padi, jerami dan kawul, semua produk sampingan apabila diproses lanjut masih mempunyai kegunaan dan nilai ekonomis yang layak kelola. Jerami dan malai kosong (kawul) dapat disimpan sebagai hay (bahan pakan kering) untuk ternak ruminansia atau dibuat silage (makanan hijau terfermentasi), sedangkan bekatul sudah tidak asing lagi sebagai bahan pencampur pakan ternak (ruminansia, unggas dan ikan). Pakan ternak ini berupa pakan hijauan dari tanaman pagar, azolla, dan eceng gondok. 

F3 (Fuel)

Akan dihasilkan energi dalam berbagai bentuk mulai energi panas (bio gas) untuk kebutuhan domestik/masak memasak, energi panas untuk industri makanan di kawasan pedesaan juga untuk industri kecil. Hasil akhir dari bio gas adalah bio fertilizer berupa pupuk organik cair dan kompos. 

Pemakaian tenaga langsung lembu untuk penarik pedati, kerbau untuk mengolah lahan pertanian sebenarnya adalah produk berbentuk fuel/energi.  

Sekam padi dapat dikonversi menjadi energi (pembakaran langsung maupun gasifikasi) dan masih akan menghasilkan abu maupun arang sekam yang dapat diimplementasikan sebagai pupuk organik, sementara apabila energi sekam padi digunakan untuk gas diesel engine akan didapatkan lagi hasil sampingan berupa asap cair (cuka kayu) yang dapat digunakan untuk pengewet makanan atau campuran pestisida organik.


F4 (Fertilizer)

Sisa produk pertanian melalui proses dekomposer maupun pirolisis akan menghasilkan pupuk kompos (organic fertilizer) dengan berbagai kandungan unsur hara dan C-organik yang relative tinggi. Bio/organic fertilizer bukan hanya sebagai penyubur tetapi juga sebagai perawat tanah (soil conditioner), yang dari sisi ke-ekonomisan maupun karakter hasil produknya tidak kalah dengan pupuk buatan (an-organik fertilizer) bahkan pada kondisi tertentu akan dihasilkan bio pestisida (dari asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis gasifikasi) yang dapat dimanfaatkan sebagai pengawet makanan yang tidak berbahaya (bio preservative).

Seperti skema di bawah ini menggambarkan saling keterkaitan antar unit usaha pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan secara terpadu.

Memadukan budidaya tanaman, perkebunan, petemakan, perikanan, dan pengolahan daur limbah  secara selaras, serasi, dan berkesinambungan. Budi daya tanaman yang dipilih adalah tanaman semusim dan tahunan, misalnya padi, palawija, buah-buahan, sayur-sayuran, cengkeh, kopi, kelapa, dan sebagainya. Kebutuhan input budidaya tanaman menggunakan prinsip tanpa penggunaan masukan luar (no external input), misalnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia. Go organik.






 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar