PENDAHULUAN
Upaya untuk meningkatkan pendapatan dari usaha tani (khususnya padi sawah) sudah lama dilakukan, namun demikian dalam kenyataannya produksi padi pada saat ini cenderung menurun, sedangkan biaya produksi semakin terus meningkat, ada beberapa hal yang menyebabkan persoalan tersebut terjadi diantaranya adalah:
- Penggunaan air sangat boros, di lain pihak kondisi air baku cenderung semakin langka, dengan kondisi demikian kerap terjadi hilangnya keramahan diantara petani.
- Menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah, persoalan ini sedang dihadapi banyak petani namun demikian banyak petani yang belum menyadarinya.
- Kecenderungan potensi padi untuk berproduksi lebih tinggi ternyata terhenti. Dari beberapa pengalaman hal ini terjadi akibat masalah kedua tersebut di atas dan juga proses budidaya yang belum memberikan kesempatan penuh pada tanaman padi untuk berkembang sesuai potensinya.
- Penggunaan unsur kimia anorganik baik berupa pupuk atau pun pestisida pada umumnya semakin tinggi. Dampak penggunaan nya adalah terjadinya perubahan fisika, kimia dan biologi tanah.
- Perilaku petani pada saat ini sudah jauh dari kearifan lokal, misalnya jerami dan limbah organik lainnya sebagai sumber makanan mikro organisme dalam tanah kini lebih banyak dibakar, dibiarkan, atau dibuang. Padahal ketika terjadi kerja sama dengan mikro organisme akan menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman.
Mengatasi kompleks nya persoalan usaha tani saat ini, diantaranya menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah serta mandegnya peningkatan produksi, maka sudah selayaknya kita merenung, jika kita masih menunggu ahli tanah datang ke lahan usaha tani dan berdialog tentang persoalan tanah dan tanaman yang sedang dihadapi saat ini, adalah sebuah penantian yang sia-sia. Oleh karena itu bagaimana jika petani menjadi peneliti dan ahli di lahan nya sendiri, sehingga mampu menganalisis, mampu mengkaji lahan nya dan mengambil keputusan untuk mempraktekan pengelolaan budidaya tanaman yang menitik beratkan pada basis potensi lokal.
Beberapa persoalan di atas dapat dijawab dengan budidaya padi organik menggunakan metode SRI, karena SRI adalah suatu metode tanam padi yang hemat air. Hemat benih, ramah lingkungan, yang berazaskan kearifan lokal, dengan hasil produksi yang optimal.
Dalam metode SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya. Semua unsur potensi dalam tanaman dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.
PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah ialah mempersiapkan lahan dimaksudkan untuk memudahkan akar tanaman menembus tanah guna menyerap unsur hara dari dalam tanah dan mengurangi kehilangan air akibat akibat perkolasi atau rembesan ke bawah. Sebelum pengolahan tanah, dilakukan dahulu uji ekologi tanah untuk mengetahui tingkat kesehatan dan kesuburan tanah.
Hal ini sehubungan dengan kadar dan banyaknya pupuk (kompos) yang dibutuhkan. Untuk kondisi tanah yang sakit keras dibutuhkan antara 1 - 1,5 ton pupuk organik kompos per 14 m persegi, pada tanam kedua dan seterusnya penggunaan pupuk semakin berkurang tergantung tingkat kesehatan dan kesuburan tanahnya.
Praktek uji ekologi tanah meliputi: keasaman (pH) tanah, kandungan bahan organik (KBO), kandungan udara/kemampuan aerasi tanah, kemampuan mengikat air (KMA), daya hantar listrik, yang dilakukan secara sederhana dan bisa dilakukan oleh petani.
Pengolahan dilakukan dalam tiga tahap:
- Pembajakan (ngawuluku), dilakukan pada 20 hari sebelum tanam (-20 HST) dengan kondisi air macak-macak. Pembajakan sawah dapat menggunakan traktor atau dengan cara tradisional menggunakan kerbau atau dicangkul, pada prinsipnya agar mendapatkan kedalaman tanah zona perakaran sesuai kebutuhan tanaman yaitu sekitar 30 cm. Berdasarkan pengalaman cara pembajakan tradisional memberikan hasil yang lebih baik.
- Perataan tanah (ngagaru) dengan kondisi air macak-macak dilakukan pada 15 hari sebelum tanam (-15 HST) dengan menggunakan kerbau atau pun tenaga manusia (cangkul). Pada saat ini dilakukan pemberian kompos dan kapur (sesuai kebutuhan), kompos dan kapur ditaburkan dan dibenamkan ke dalam tanah dan ikut teraduk hingga rata.
- Penghalusan dan perataan lahan (ngangler) pada 3 hari sebelum tanam (-3 HST) dengan kondisi air macak-macak.
Di sekeliling dan di bagian tengah petakan sawah dibuat atau diberi selokan atau parit kamalir untuk persediaan air dan drainase agar tanah tidak tergenang air.
SELEKSI BENIH
Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang optimal. Bila pemilihan benih tidak baik, hasilnya tidak akan baik walaupun perawatannya seperti pemupukan dan pemberantasan hama penyakit sudah dilakukan dengan benar. Seleksi benih harus dilakukan secara cermat dan sebaik-baiknya.
Umumnya benih dikatakan bermutu bila jenisnya murni beras kering sehat bebas dari penyakit, dan bebas dari campuran biji rerumputan. Benih yang baik pun harus tinggi daya kecambahnya, minimal harus mencapai 90%. Benih dengan kriteria tersebut biasanya mampu menghasilkan tanaman yang sehat kekar, kokoh, dan pertumbuhan seragam.
- Pemilihan benih, benih yang dipilih disesuaikan dengan selera dan kecocokan dengan daerah setempat. Bila benih diambil dari hasil panen, gabah diambil dari pohon yang sehat, malai yang baik, gabah berisi/padat, tersinari matahari dengan sempurna. Dipanen dengan ani-ani, dijemur pada sinar pagi (sampai jam 10:00) sampai kering sempurna. Perontokkan nya dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai terkena goncangan/pukulan yang keras, sebaiknya dirontokkan dengan cara diparol.
- Seleksi benih, sebelum proses persemaian dilakukan terlebih dahulu seleksi benih dengan menggunakan media air garam. Konsentrasi air garam diukur dengan memasukkan telur mentah, bila telur masih tenggelam ditambah lagi garam sampai telur mengambang. Benih yang telah dipilih dimasukkan ke dalam air garam, dikocok, gabah yang tenggelam lah yang dipakai untuk benih, sedangkan yang terapung tidak digunakan untuk benih. Sebelum gabah digunakan, gabah dicuci dahulu agar bebas dari air garam. Bila tidak akan digunakan segera maka gabah hasil seleksi dikeringkan dahulu, lalu disimpan dengan baik.
Sebelum persemaian benih hasil seleksi direndam selama 48 jam, lalu diperam (dianginkan) selama 24 jam, sampai kelihatan lembaga (mata holang) yang berwarna putih.
Persemaian dapat ditanam seperti biasa, di lahan sawah, di lahan kering (darat), atau besek, kotak, dan sejenisnya. Dari pengalaman para petani, persemaian dipilih cara yang paling mudah untuk melakukan pengamatan yang terus menerus, dan lebih memudahkan pada waktu tanam. Kebutuhan benih per 14 m persegi sekitar 0,7-1 kilogram atau sekitar 5 kilogram per hektar.
Persemaian pada besek
Kebutuhan besek untuk persemaian ukuran 15x15 cm sebanyak 60-70 buah per 100 bata atau 420-490 buah per hektar. Tanah, sebagai media tumbuh benih dicampur dengan pupuk organik dengan dialasi daun pada dasarnya, setinggi sekitar 2/3 tinggi besek, kebutuhan setiap besek sekitar 1 sendok makan benih. Benih ditabur sedemikian rupa sehingga tidak bertumpuk (tumpang tindih), ditutup dengan abu atau jerami. Usia 3 hari jerami diangkat, karena benih sudah mulai tumbuh. Persemaian dapat disimpan di halaman rumah, penyiraman dapat dilakukan satu atau dua kali sehari. Bibit siap tanam pada usia 7-14 hari.
Persemaian di sawah
Membuat persemaian di sawah seperti biasa yang dilakukan oleh para petani. Supaya diperhatikan agar tanah dalam keadaan lembap, tidak tergenang. Setelah usia bibit siap tanam, bibit tidak dicabut tetapi disuduk untuk menghindari terjadinya putus akar, lalu dipindahkan ke nampan untuk dibawa ke lahan tanam.
Transplantasi, benih di transplantasikan/ditanam pada umur 7-14 hari setelah semai, biarkan sekam tetap menempel dengan akar tunas, hal ini untuk menjamin bahwa pada sekam (butir padinya) masih tersedia makanan sebagai sumber energi yang penting bagi bibit muda.
Jumlah benih padi per lubang hanya satu (tanam tunggal). Dasar pemikirannya adalah agar tanaman memiliki ruang tumbuh untuk menyebar dan memperdalam perakaran, sehingga tidak terjadi persaingan dalam hal nutrisi, oksigen, dan sinar matahari. Benih harus ditransplantasikan secepat mungkin, maksimal 1/2 jam bahkan lebih baik 15 menit. Benih ditanam dangkal dengan perekam horizontal seperti huruf L. Hal ini dilakukan jika akar ditekuk keatas maka benih memerlukan energi besar dalam pertumbuhan kembali, dan akar baru akan tumbuh dari ujungnya.
PEMUPUKAN
Pada metode SRI, pupuk yang digunakan hanya pupuk organik, baik pupuk dasar maupun pupuk lanjutan. Untuk pupuk dasar adalah pupuk organik padat, berupa kompos atau pupuk kandang atau campuran keduanya, yang ditaburkan ke lahan sewaktu pengolahan tanah kedua (ngagaru) pada 15 hari sebelum tanam.
Kebutuhan kompos, untuk tanah yang sangat kurus/sakit antara 7-10 ton per hektar. Pemberian pupuk cair pada pengolahan tanah ke-tiga (ngangler).
Pemupukan lanjutan usia tanam 20 hari setelah tanam (HST), disemprot pupuk cair kompos (mol), selanjutnya setiap 10 hari sekali diberi penyemprotan pupuk cair (MOL), sesuai tahapan yang dibutuhkan.
PANEN
Sekitar 15 hari sebelum panen, sawah harus dikeringkan agar masaknya padi berlangsung serentak atau bersamaan, dan juga kondisi sawah kering akan memudahkan proses pengerjaan pemanenan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar